Apa sajakah peranan Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui hubungan internasional dan organisasi internasional?
Baiklah, kali ini kami akan menjelaskan peran-peran Indonesia demi mewujudkan serta mempertahankan ketertiban dunia lewat hubungan internasional yang harmonis dengan negara lain
Kita semua tahu, Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara yang memiliki peran penting dalam terciptanya perdamaian dunia.
Karena, Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Selain itu, juga menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar dan negara penyumbang personel misi pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB terbesar ke 12 dari 122 negara.
Dikutip dari web resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, peran Indonesia dalam perdamaian dunia tercantum dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara RI tahun 1945 alinea ke-4. Yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sebelum itu, menarik jika kita melihat kembali sejarah Indonesia tergabung dalam PBB. Indonesia menjadi anggota PBB yang ke 60 pada tanggal 28 September 1950. Namun, saat itu Indonesia pernah keluar dari keanggotaan pada 7 Januari 1965 sebab perselisihan politik dengan Malaysia.
Setelah lahirnya Orde Baru, Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada 28 September 1966 dan tetap sebagai anggota yang ke 60.
Berbagai peranan telah Indonesia lakukan demi mencapai tujuan PBB yaitu upaya perdamaian dunia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara garis besar berikut in berbagai kontribusi Indonesia terhadap terwujudnya perdamaian dunia.
1. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung
Sebagai bangsa yang pernah merasakan rasa pahit hidup dalam penjajahan, bangsa Indonesia kemudian memprakarsai diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.
Indonesia merupakan salah satu pelopor tercetusnya Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955 yang bertujuan untuk menghimpun persatuan antar negara-negara Asia-Afrika yang pada saat itu baru memperoleh kemerdekaan, mempromosikan serta meningkatkan kerja sama antar negara dan juga menentang segala bentuk penjajahan.
Konferensi ini dipelopori oleh Menteri Luar Negeri Ali Sastromidjojo beserta 4 pemimpin negara lainnya yaitu Jawaharlal Nehru (India), Mohammad Ali Bogra (Pakistan), U Nu (Burma), dan Sir John Kotewala (Sri Lanka).
Persiapan untuk menyelenggarakan KAA dilakukan di Colombo, Sri Lanka pada tanggal 28 April - 2 Mei 1954 dan di Bogor, Indonesia pada tanggal 29 Desember 1954. Dalam persiapan itu disepakati bahwa Konferensi Asia Afrika (KAA) akan dilaksanakan di Bandung (Indonesia) pada tanggal 18-24 April 1955 di Kota Bandung, Jawa Barat, tepatnya di Jalan Asia-Afrika.
Konferensi tersebut menghasilkan 10 prinsip yang dikenal dengan nama Dasa Sila Bandung. KAA dihadiri oleh 29 negara Asia dan Afrika.
2. Mendirikan Gerakan Non-Blok (1961)
Setelah Perang Dunia II, negara-negara di dunia terbagi dalam dua blok, yaitu Blok Barat dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin Uni Soviet.
Dengan adanya dua kekuatan besar tersebut menyebabkan terjadinya "perang dingin" (cold war). Akibat dari hal tersebut, suhu politik dunia memanas dan penuh ketegangan. Guna mengatasi ketegangan antara kedua blok tersebut, bangsa Indonesia memprakarsai berdirinya Gerakan Non-Blok (Non Aligned).
Adapun negara-negara yang memprakarsai didirikannya Gerakan Non-Blok ialah:
- Afghanistan
- India
- Indonesia
- Republik Arab Persatuan (Mesir)
- Yugoslavia.
Pada kala itu Presiden RI pertama Ir. Soekarno bersama dengan beberapa pemimpin negara lainnya mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi yang muncul menanggapi terjadinya perang dingin antar blok timur dan blok barat.
Apa itu Gerakan Non-Blok? Adalah sebuah perhimpunan dari bangsa-bangsa yang tidak beraliansai dengan negara-negara kekuatan besar manapun.
Gerakan ini dibentuk atas dasar Dasa Sila Bandung (hasil dari KAA di Bandung). Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama GNB diadakan di Beograd/Belgrado (Yugoslavia) pada tanggal 1-6 September 1961 atas undangan dari Presiden Yosef Broz Tito (Yugoslavia), Abdul Nasser (Mesir), dan Soekarno (Indonesia). KTT ini dihadiri oleh 25 negara dari Asia-Afrika, Amerika Latin, dan juga Eropa.
Tujuan konferensi dimaksudkan untuk meredakan ketegangan dunia dan menunjukkan kepada dunia bahwa ada pihak ketiga yang berada di luar kedua blok tersebut. Setelah diadakan KTT Non Blok I, negara-negara yang tergabung dalam Non-blok oleh negara-negara barat disebut sebagai Dunia Ketiga (The Third World).
3. Mengirimkan Misi Garuda (MISIRIGA)
Indonesia mengirimkan misi perdamaian dunia dengan nama Pasukan Garuda. Pasukan ini diperbantukan untuk PBB dalam usaha turut andil dalam mendamaikan daerah-daerah yang sedang bersengketa.
Pada Januari 1957 dikirimlah Pasukan Garuda I ke Timur Tengah di bawah komando Kolonel Hartoyo, yang kemudian diganti oleh Letnan Kolonel Suadi.
Pada tahun 1960, di Kongo terjadi perang saudara. Untuk mendamaikan situasi disana, Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda II di bawah kepemimpinan Kolonel Prijatna, sedangkan sebagai komandan batalion adalah Letkol Solichin Gautama Purwanegara.
Selanjutnya, Misi Garuda III dikirim ke Kongo dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris. Dalam setiap sengketa internasional yang menerjunkan PBB, Indonesia selalu siap hadir menjadi petugas misi perdamaian PBB melalui Pasukan Garuda.
Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai misi perdamaian tergabung dalam Pasukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB). Sampai saat ini, sudah puluhan kali Indonesia terlibat dalam misi perdamaian dunia di bawah bendera PBB.
4. Mendirikan ASEAN (1967)
Awalnya Indonesia dan Malaysia sempat berkonfrontasi pada akhirnya berdamai. Kedua negara tersebut bersama dengan negara Asia Tenggara lainnya yaitu Singapore, Thailand, Filipina merasa perlu menciptakan perdamaian antar negara di kawasan Asia Tenggara.
Dan akhirnya pada tanggal 8 Agustus 1967 terbentuklah ASEAN (Association of The South East Asian Nations), organisasi ini didirikan berdasarkan Deklarasi Bangkok tujuannya guna mempererat hubungan politik, sosial, ekonomi dan keamanan di Asia Tenggara.
5. Menjadi Anggota PBB atau UNO
Menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations Organization (UNO) dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia, bangsa Indonesia ikut aktif menjadi anggotanya pada tanggal 28 September 1950 dengan anggota ke 60.
Pada masa Orla (Orde Lama/Demokrasi Terpimpin), Indonesia pernah menyatakan keluar dari keanggotaan PBB, yakni pada tanggal 7 Januari 1965. Pada saat itu, politik luar negeri Indonesia condong ke Soviet.
Akan tetapi ,setelah runtuhnya Orde Lama dan diganti dengan Orde Baru, Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1966 dan tetap pada urutan ke-60, karena oleh PBB Indonesia belum dicoret dari keanggotaan.
Sebagai anggota PBB, bangsa Indonesia turut aktif dalam usaha menciptakan perdamaian dan keamanan dunia intenrasional, salah satunya dengan mengirimkan misi perdamaian yang tergabung dalam Misi Republik Indonesia Garuda (MISIRIGA).
6. Sengketa Laut Tiongkok (2002 - Sekarang)
Pada tahun 2002, Indonesia sampai sekarang memiliki peran penting dalam menciptakan perdamaian di Laut Cina Selatan melalui Declaration of Conduct (DoC).
Indonesia menginginkan negara-negara yang terlibat untuk merumuskan DoC, yaitu sebuah kesepakatan bersama yang mengatur apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di wilayah sengketa.
7. Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB (2007 - 2008)
Indonesia pada tahun 2007-2008 menjadi anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB. Pada saat itu Indonesia secara konsisten menyerukan berdirinya negara Palestina yang merdeka dan diakui dunia.
Menyerukan keterlibatan internasional yang berimbang dalam penyelesaian konflik antara Palestina dan Israel. Menyerukan supaya kedua belah pihak mematuhi parameter perdamaian yang diterapkan PBB.
Adapun peranan indonesia dalam perdamaian dunia baik secara langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut
Peranan Indonesia secara tidak langsung
1. Indonesia berhasil menyelenggarakan KAA yang menghasilkan Dasasila Bandung.
2. Indonesia adalah salah satu pemrakarsa berdirinya GNB.
3. Indonesia adalah pelopor tercetusnya konsep ZOPFAN dan SEANWFZ.
Peranan Indonesia secara langsung
1. Pernah menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB
2. Dr. Soedjatmoko pernah menjabat Rektor Universitas PBB di Tokyo pada tahun 1971
3. Indonesia memberikan bantuan uang dan beras melalui FAO (Food and Agriculture Organization) untuk Ethiopia yang dilanda kelaparan pada 1984.
4. Tahun 1989, Indonesia dan beberapa negara ASEAN serta Perancis turut membantu menyelesaikan pertikaian antar faksi di Kamboja.
5. Tahun 1995, Indonesia berusaha menampung para pengungsi Vietnam di pulau Galang.
6. Tahun 1993-1996, Indonesia beberapa kali menjadi mediator perdamaian antara pemerintah Philipina dan kelompok MNLF yang menguasai Mindanau Selatan.
7. Tahun 1957, Indonesia membantu PBB dalam menjaga dan memelihara perdamaian dunia dengan mengirimkan Pasukan Garuda
Hal-hal yang telah kami sebutkan diatas adalah bukti wujud nyata dari komitmen bangsa Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia.
Tidak berhenti sampai disana, hingga sekarang Indonesia tetap aktif dalam mendukung perdamaian dunia seperti ikut dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah juga menyerukan penanggulangan terhadap masalah tetoris yang berkembang belakangan ini di dunia internasional.
Demikianlah artikel kali ini tentang kumpulan peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia. Semoga bermanfaat bagi Anda. Sekian dan terima kasih.
0 komentar